23 Mei 2011

Jalanan

Sudah bisa ditebak isinya jalanan
Orang-orang yang mulai merajakan waktu
Terburu-buru tanpa merasa bersalah pada pengguna yang lain

Yah, Egois!
Jalanan mulai padat dengan seonggok keegoisan manusia
Yang sudah mulai lupa tentang arti berbagi bahu jalan

17 Mei 2011

Bukan

Kalau bukan lalu apa?

Hampir tiap minggu datang dan selalu hadir dalam mimpi

Meski kami hanya sekali bertemu tanpa sengaja

Saat Berdoa

Tegang
Bertemu deretan waktu yang kian menghimpit

Hampa
(Saat) sadar datang terlambat dan menghenyak

(Ber)harap
Raga enggan protes untuk dikasihani

Inilah (Doa)
Rindu dilantunkan setiap saat

April 2, 2011

19 April 2011

18 April 2008

Saat itu purnama, 
seperti bulan ini

Saat itu benderang, 
seperti malam ini

Wajahnya tersibak dibalik malunya awan
Angin makin tajam menusuk muka penuh rona

Hmm..mm
Pantas saja tersenyum lebar tepat tengah malam
ketika kuingat saat itu tidak lagi terjadi

15 Maret 2011

Subuh

Gegas beranjak
Menyapa tetesan air pembasuh

Kutatap venus yang setia pada fajar
Lalu ku hitung kejora yang masih terang setia menebar cahaya

Adzan bergeming pada indah karyaNYA, 
aku tersenyum pada bait doaNYA
 
March 4, 2011 at 3:57am

Dini Hari

Diantara malam pekat, kantuk, segelas kopi penghilang penat dan bimbang.
Kertas-kertas tua berserak, layar biru, ubin segi empat terasa dingin mengusik tulang.
Lagu-lagu luar angkasa, gemericik sepi, kadang loncatan hujan silih berganti datang.
Yah, selalu saja seperti ini hingga bulan ketiga
 
March 4, 2011 at 12:55am

Korban Asap

Kubilang itu barang paling menyebalkan di seluruh dunia.

Kebal-kebul di depanku
Dan seketika aku ingin enyah

Kubilang aku nyaris benci
Pada asap rokok yang selalu membuatku terkapar seperti ini

 February 21, 2011 at 4:32pm

Berteman Langit

Kita...
Sama-sama berhadapan
Pada langit yang meredup mulai mendung

Kita
Sama-sama mencari harapan
Pada kesempatan yang penuh untung

February 18, 2011 at 7:18am

17 Februari 2011

Kotakmu

Kusimpan dalam pojokan bersudut
Keliling bersiku berhadapan merantai

Di ruangan sempit, pengab, penuh debu
Hitam, pekat dan tak dipandang aku taruh engkau

Hingga aku lupa
Kapan kali pertama kubuang engkau dengan elegannya

Bunda, Rindu

Sore ini..
Menatapmu duduk terdiam
Dalam dekapan tetes-tetes hujan,
Roda terus berkejaran membawamu menyusuri jalanan
yang basah beradu dengan tanah

Kembali di sore ini..
Rona memudar kulihat pada wajahmu yang kian sirna oleh kerutan-kerutan
Senyum hangat tak juga kau lupakan ketika memelukku erat penuh kejutan

Bunda pasti tahu, aku merindu ketika bersua denganmu
Dalam hujannya jogja ..

15 Februari 2011

Hempasan Karma

Terhempas..
Jauh,,

Yah,,
Jikalau ingin jatuh
Maka ambilah posisi yang nikmat menurutmu bukan menurut pandangan yang lain

Orang-orang bilang itu karma,

Hmm.. kurasa TUHAN memang sedang menyadarkanmu,
tentang bagaimana merasakan dan menggantikan posisi
dari orang yang kau bilang mengganggu

5 Februari 2011

Yo Keno

Yo ngene iki le jenenge katresnan.
Kowe ra iso mekso sliramu seneng karo slirane nek cen kowe ra duwe rasa tresna karo de'e.

Ugo podho.
De'e ra berhak mekso kowe ben tresno karo slirane.

Gusti ki cen Maha Agung tenan.
Paling pinter mbolak-mbalikke roso.
Babagan ideal opo ra ideal ki mung anane neng lathine menungso.
Menungso le kadang luwih seneng ndelok tinimbang ngrasakke nggo logika.

Wislah.
Wallahu a'lam.
Gusti Allah sing paling ngerti opo le paling apik kanggo umate.

28 Januari 2011

24 Januari 2011

Aku Masih

Aku masih bisa tertawa
Ketika patah menyerangku tiba-tiba

Aku masih bisa bersendau gurau
Ketika luka menyapaku dengan anggunnya

Aku masih bersepeda keliling kota
Ketika sadarku hilang entah kemana

Aku masih melihatnya
Ketika bersua dengan gedung-gedung tua

Aku masih bercengkerama
Ketika memarkir dalam jejeran motor-motor penuh gaya


Yah, inilah aku
Masih aku yang dulu
Yang tidak sabaran menanti esokMU menerka waktu

Aku (suka) rapi

Aku suka yang rapi.
Setelan kaos kasual yang santai tapi mengena di hati.


Upps, aku suka yang rapi.
Biar dipandang ga henti-henti.
Biar dilihat mlongo bisa disuapin sikat gigi.


Aku suka yang rapi.
Pakai baju batik motif warna-warni.
Hm..m merona seperti makan sambal rempelo ati.


Hha, kebanyakan berkhayal sepertinya.. -.-'
tapi memang benar, aku suka yang rapi.

12 Januari 2011

Cahaya Bulan (Puisi Soe Hok Gie)

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
Pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
Apakah kau masih sambut dahulu memintaku minum susu
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah bandalawangi 
Kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yg menjadi suram
Meresapi belaian angin yg menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra lebih dekat

Apakah kau masih akan berkata
Kudengar dekap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta 

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah aku tahu dimana jawaban itu
Bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
Sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

Malu

Malu-malu tapi mau.
Mau kesini tapi takut bertemu.
Mau kesana tapi takut meredam rindu.

Tengok sana tengok sini.
Berharap-harap cemas jika malu ketahuan mencuri.
Curi-curi pandang menatap wajahnya yang diam galak kayak duri.

Hahahaha, lagi-lagi harus bertemu malu.
Argh,biar saja kalau malu akan membuatmu tersedu-sedu

Yogyakarta

Temaram lampu kota menemani hentakan kaki kecilku ini.

Kulihat gedung-gedung tua itu menertawakan kebodohanku yang tidak bernyali.

Jalanan aspal setia kulindas bersama dua roda motorku yang besar penuh kekuatan amunisi.

Pantai selatan kusapa tiap resah datang menghampiri.
Bukit utara kuteriaki tiap emosi berjejalan ingin dikebiri.

Yah,kali ini aku merasakan suka dari mereka yang menebar laga.
Merasakan cinta dari mereka yang menutup luka.
Merasakan jatuh dari mereka yang melemparkanku jauh.
Merasakan terpendam dari mereka yang mungkin dendam.
Merasakan bangga dari mereka yang tersungging cerita.
Pun aku merasakan berharga dari mereka yang membuat bahagia.

Kukira kota ini akan terus bertanya, 'kapan kau akan pergi?'
Lalu padaku yang tak kunjung beranjak, aku menjawab 'hati ini terlalu dalam terpendam di jogja'

Mana yang Kau Cinta?

Bahagia melihatnya tersenyum itu namanya cinta.

Rela berhujan-hujanan hanya untuk bertemu dengannya itu namanya cinta.

Selalu setia menunggu kedatangannya dibalik pintu itu namanya cinta.

Panik karena tidak mendapatkan kabar berita pun namanya cinta.

Berjalan bersama-sama bergandengan tangan penuh asa itu namanya cinta.

Menangis karena luka itu juga cinta.

Rela ditinggalkan dan membiarkannya pergi itu cinta.

Bertahan dengan ketidakpastian itu pula cinta.

Gelak tawa penuh canda itu cinta.

Membiarkannya berlalu dan terjatuh juga mungkin itu cinta.

Yang tersimpan, yang terpendam, yang tak bertuan itu pula mungkin cinta.

Lalu yang mana yang kau cinta?

Jaim-jaiman

Kami bertemu tapi hanya saling tatap, itu saja dari kejauhan.
Hm..m kami takut untuk saling sapa.


Kami duduk bersebelahan, saling diam penuh degup jantung berdebaran.
Sayangnya kami hanya diam membisu.


Kami menyusuri rerimbunan pohon.
Kami bersuara dengan langkah yang seirama.
Lagi-lagi kami malu mengucap kata.


Kami sengaja bercakap ringan, benar-benar ringan hingga bekas itu pun tak terasa.
Yang kuingat hanya tatapan penuh selidik dari mereka yang lalu lalang.


Kami ingin makan bersama.
Huh, kami enggan ditanya orang.
Dan kami bukan santapan koran.


Hm..m kurasa kami saling suka.
Tapi kami enggan untuk mengungkapkannya.

Topeng

Hari ini aku ingin menjadi senyum.
Biar hatiku ceria ketika barisan bibir itu menyunggingkan manisnya.

Ahh,tidak...
Hari ini aku mau menjadi luka saja biar aku bisa melihat wajah wajah penuh duka.

Tapi aku tidak berduka.
Bagaimana jikalau aku menjadi airmata saja.
Aku ingin merasakan bahagia dan duka.
Aku ingin meneteskan airmata bahagia dan juga luka dalam satu waktu.

Tapi, kata orang orang, airmata itu menandakan kerapuhan.
Aku tidak ingin rapuh,tidak.
Hm..m lalu aku mau jadi apa?

Jadi harapan sajalah biar aku dipeluk oleh ribuan impian di langit biru itu.
Biar aku pun bisa melihat dunia dari atas sana.

Namun,aku juga ingin jadi nasib yang bs membuat seseorang pasrah kehilangan harapan.
Hm..m sepertinya nikmat.

Arrrggh, tidak!!
Aku ingin jadi diriku sendiri saja.
Yang bisa tertawa, menangis, lalu berharap pada waktu yang bersamaan.
Aku bisa melakukan apapun yang kumau tanpa harus lelah melepas topeng topeng koleksiku tadi.

Kereta Senja

Gerimis menemani langkah ringanku. 
Malam ini aku akan bertemu dengan peron peron itu. 
Hm..m kurasa peron itu terlalu setia pada gerbong kereta yang telah lapuk dan kubilang sudah renta.

(masih ditemani gerimis) 
Aku melewati rel panjang melintang, mencari tmpat duduk yang nyaman untukku bisa mengambil jepretan jepretan dengan kemampuan memori otakku yang terbatas ini.

Aku duduk. 
Kulayangkan pandang ke segala penjuru peron. 
Hm..m wajah wajah cemas kulihat disana sini.
Cemas akan penantian, cemas akan perpisahan, cemas akan pertemuan, dan cemas cemas yang lain yang tidak mampu kudeskripsikan dengan baik karena permasalahan kapasitas otakku tadi.

Kali ini (masih duduk di kursi peron)
Suara pengeras stasiun bergumam menyapa kedatangan gerbong gerbong dari timur.
Puluhan pasang mata beranjak dari duduknya, termasuk aku. 
Kulihat lagi, ternyata wajah wajah itu mulai melunturkan senyum kecemasan.
Penantian, perpisahan, dan pertemuan selalu terlihat ceria ketika rangkaian gerbong itu datang.

Kereta itu.
Yah,merekalah yang mebuat orang orang itu tersenyum. Ia bawakan sejuta angan untuk mereka lakukan perjalanan.
Meski berbalut temaram senja, gerbong itu akan tetap setia mengantarkanku menuju kota anganku. 
Seperti mereka yang lain, 
seperti senyuman yang mereka miliki.

84 tahun

Kawan, hari ini aku melakukan perjalanan ke utara. Aku menyambangi sebuah desa, desa dimana seseorang yang luar biasa itu tinggal

Jelas kuingat beberapa tahun yang lalu. Beliau sering memakai kebaya penuh bunga-bunga dengan warna khas seorang perempuan yang telah uzur, yah warna-warna tua.

Setiap kali kusapa, beliau selalu memberikan kecupan penuh sayang di pipi kanan dan kiriku. Tak lupa beliau selalu bertanya akan kabarku ketika itu.

Aku masih ingat ketika jaman kecil dulu. Setiap lebaran tiba, beliau selalu memberi uang jajan. Sepuluh ribu ketika aku berusia sekolah dasar, dua puluh lima ribu ketika aku kelas enam SD, bertambah jadi lima puluh ribu ketika aku SMP dan menjadi seratus ribu ketika aku SMA bahkan kuliah ini.

Lagi,kuingat lagi. Beliau selalu tampak tenang. Selain masih aktif berjualan,beliau rajin sekali sholat di mushola kesayangannya. Aku pun sering dibuatnya malu karena aku yang selalu keluar dari mushola lbh dulu dibandingkan beliau.

Hari ini aku masih diberi kesempatan bertemu beliau. Sosok berharga bagi sepuluh anak, sepuluh menantu, puluhan cucunya dan beberapa cicitnya yang entah beberapa hanya bisa bertemu dalam satu kali setahun.

Namun hari ini tak seceria dan semanis biasanya. Wajah uzur itu tampak sedih dan mahal akan senyuman meskipun aku beberapa kali mendapatkan senyuman itu. Matanya tetap lugas tapi penuh kesepian.
Ketika akan pamit pulang, beliau menangis. Entah tangisan apa. Aku berusaha memberikan senyuman terbaikku meskipun hati ini ingin menangis seperti beliau.

Dan hari ini pula, aku harus brbicra dgn lbh keras karena pndengaran bliau sudah brkurang, ak harus brkali kali brkata karena bliau ksulitan memahami.Hm..m namun, aku sangat sayang kepadanya, begitu juga saudara-saudaraku yang lain

Kawan, mungkin kau tak tahu. Beliau adalah nenekku. Ak cucu yang bertemu saja sangat jarang apalagi berlibur bersama atau bercengkerama bersama.
Hm..m namun aku percaya. Senyuman yang kukenal itu selalu akan menemani hariku, setiap langkahku dan setiap kuberdoa kepadaMU Tuhan.


dan Tuhan, sosok itu telah 84 tahun berpijak di bumi-MU.
semoga engkau selalu menjaga beliau dengan segala Kuasa

Tinta Asa

Kulangkahkan kaki ringan ini
Menelusuri jajaran batu nan terjal beruncing
Teriring senyum dan tawa akan cerita berlukis rindu

Kubenamkan kisahku pada setoreh tinta asa
BAHAGIA kataku, entah yang lain
Dan kulukis di selembar kertas berbingkai putih
Bak wajah seorang penyebar SEMANGAT yang perkasa

Kini,
Asa berajut telah terangkai
Waktu berjalan, detik pun terlewati hingga tahun menyapa
Dan cerita pun mengalir penuh daya

Berhias senyum nan indah,
Inginku berbagi menuai mimpi
Meniti seutas tali harapan yang telah terajut

Semoga,

Penggugah Hati

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke.
Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang
terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat
menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada
50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan
sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum
terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " kata si
pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam
sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan
antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah
pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku
punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang
berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".

Dengan lembut si Malaikat berkata, aku sudah berkeliling mencari
suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang
berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya
mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat
kesembuhanmu".

Tampa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan
layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya.
Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2
orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak
ada tetesan air mata di pipi mereka".


Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu
memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak
putus-putus berharap akan kesembuhanmu"


Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "
Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau
ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku
tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan
sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi
perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang
anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih
membutuhkan
seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya
semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang
istirahat".


Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi
pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah
suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya..
Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak
padanya.


Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi,
melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha
ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak
mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku,
kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa
buatku?"


Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka
tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat
ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah
atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak
bersalah". Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini
adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat
untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.


Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur
di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur
di kursi sambil memangku si bungsu.


Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,
Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi
meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".


Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya
siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan
suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. "Benar anakku,
kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu,
walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja
dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. "


"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran
kalauseorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU.
Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma
adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak
panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu.
Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.


Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu
hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin
saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa
dari orang-orang yang mengasihi dia.


Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan
baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang
terjadi.


23 September 2008
bungacerita.blogspot.com